Selasa, 27 Juli 2010

CupCake Mahkota Strawberry

Sore itu kepulanganku disambut hangat oleh Bapak tercinta yang juga baru pulang dari daerah tawangmangu. Tak aneh kalau di meja, aku temui sepiring buah strawberry. Tiba-tiba "sense of Chef"ku menemukan suatu ide, bagaimana mengolah Strawberry itu menjadi kue sederhana. Aku mulai dengan pencarian ide di dunia maya, tanganku mulai mengetik di kolom pencarian "kue sederhana tanpa oven", mengingat dapur sederhanaku tak memiliki fasilitas oven, hihi. Akhirnya aku dipertemukan dengan resep bolu tanpa oven dari site http://kompiancur.blogspot.com/2010/03/resep-kue-kue-tanpa-oven.html. Tepatnya, hari selasa 27 Juli 2010, tercatat sebagai hari lahirnya bolu bulat berhias strawberry dari tangan chef amatir ini,hhe. *dibantu sama chef senior- ibuk- dikit sih,hhe.
Jadi, pagi itu sekitar pukul 9 pagi, aku sudah siap dengan mixer (*walau pinjam tetangga, hehe) di tangan kananku, hemm, rasanya sudah 10 tahun aku tidak pegang mixer, seingatku ketika aku masih kecil, aku suka bantu-bantu ibuk kalo ibuk lagi bikin kue-kue unik, rasanya haru bisa kembali bernostalgia dengan masa-masa itu, haru, , , em..ehm, kembali ke kue,

Jadi awalnya, tiga butir telur dimasukkan ke dalam baskom plastik yang berukuran sedang, lalu memasukkan gula 300 gram, setelah itu, dicampur dengan mixer selama setengah jam. *sampe pegel,hehe. Setelah itu, memasukkan pengembang (SP) ke dalam adonan, disusul dengan tepung terigu 300 gram. Mix sampai benar-benar tercampur. Kemudian memasukkan minuman bersoda. Mix lagi sampai terbentuk adonan yang seperti berikut :


Setelah itu, mengambil dua sendok sayur dari adonan tersebut, dan memindahkannya ke dalam mangkuk kecil. Dengan sedih hati, kali ini gunakan pewarna makanan, dikiiiiiiiiiit saja untuk memberi warna merah pada adonan. hiks, *berat hati nih pakai pewarna.

Langkah berikutnya, mulai menuangkan adonan kedalam cetakan yang sudah diberi plastik CupCake terlebih dulu. Masukkan adonan putih sampai mendekati penuh, lalu tutup dengan lapisan merah sesuai selera.

Sementara tadi memanaskan air dalam panci pengukus, setelah sudah mendidih benar air di dalam pengukus, maka adonan siap dimasukkan ke dalam pengukus. tunggu 15 menit, ingat, jangan terlalu sering dibuka.
Setelah 15 menit berlangsung, tak sabar rasanya diri ini melihat hasilnya dan seperti inilah :


Awalnya bingung, ide awal pengen bikin kue berbahan strowberry, tapi resep yang ditemukan malah kue bolu, otakatik bikin kreasi, tak apalah tetap memanfaatkan strawberry maka jadilah CupCake Mahkota Strawberry ala chef yuyun,hehe.

Selamat mencoba resepnya...semoga bermanfaat.

Fitroh Manusia itu Bertauhid


Pagi itu, kembali aku berduduk sila, dengan pena dan buku catatan kecil, kucoba tulis apa yang ku dengar. Rasa kantuk sesekali menggoda, ditambah rasa dingin yang menjalar dari kaki, seakan menjadi godaan bagi manusia-manusia yang mencari ilmu di pagi itu. “Hiraukan rasa kantukmu, hiraukan rasa dingin itu, fokuslah kepada apa yang ustadzah pesankan”, begitu seolah-olah hati nuraniku mencoba menguatkanku.

Tak lama aku terduduk di majelis itu, 1 jam mungkin, tapi cukup memberiku ilmu, satu hal yang aku ingat dari beberapa hal yang aku catat, yaitu tentang “fitrohnya manusia itu bertauhid”.

Ingatkah kita pada suatu kaum, yang terombang ambing di dalam kapal di tengah lautan? Ketika badai datang, mereka memohon pada Alloh, tapi ketika badai sudah reda, dan keadaan mereka aman, mereka kembali lupa kepada Dzat yang menolong mereka, Alloh Ta’ala. Namun dari kisah itu, dapat kita ambil pelajaran bahwa tiap orang sejelek apapun, melakukan maksiat sebesar apapun, kalau sedang ditimpa musibah, pasti Tuhan ( Alloh ) yang mereka seru.

Ingatkah kita pada tragedi Adam Air yang hilang beberapa tahun lalu di perairan menuju Manado ? Masih ingatkah kita pada rekaman suara pembicaraan pilot dan co pilot yang sempat tersiar di televisi? Terlepas dari keaslian rekaman itu, setidaknya bisa kita ambil point penting dari pembicaraan tragis dan miris itu, perhatikan di akhir pembicaraan itu terdengar seruan kebesaran asma Nya, iya, seruan takbir, Allohu Akbar, berulangkali hingga seruan itu terhenti, menjadi penutup sebuah kisah perjalanan manusia.

Fitroh manusia itu bertuhan, bertauhid, ingatkah kita kepada kisah Nabi Ibrahim? Mencari siapakah sesembahan (Ilah) yang sebenarnya. Tatkala ia melihat bintang ia katakan "Inilah Tuhanku," namun ketika bintang itu tenggelam ia berkata: "Saya tidak suka yang tenggelam", demikian juga ketika melihat bulan dan matahari sama seperti itu. Akhirnya karena merasa bahwa benda-benda di alam ini tak ada yang pantas untuk disembah maka ia berkata, sebagaimana dalam firman Alloh Subhaanahu wa Ta’ala, yang artinya: "Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan."

Kisah ini membuktikan bahwa hanya dengan mengikuti akal sehat dan hati nurani saja (fitrah) ternyata beliau mampu menjadi muslim yang muwahid (lurus tauhidnya) meski lingkungan yang ada tidak mendukung. Dan ini menunjukan bahwa “fitrah manusia pada dasarnya adalah bertauhid”. Lalu bagaimana dengan kita umat Islam sekarang ini, bukankah selain memiliki akal dan hati nurani kita juga mempunyai pembimbing berupa Al-Qur'an dan As-Sunnah. Masihkah kita akan menutupi kemusyrikan, kebid'ahan dan kemungkaran-kemungkaran yang kita lakukan dengan alasan lingkungan? atau karena tradisi??

Dakwah Kita

Adalah misi internasional ummat Islam. Adalah misi Universal ummat Islam. Misi istimewa bagi tiap insan yang mengaku dirinya seorang muslim. “Balighu 'anniy walau ayatan”, itulah yang diperintahkan Rosul junjungan kita Muhammad Shollallahu alaihi wa salam.

Ialah “Dakwah”...

Kenapa harus berdakwah ???

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.”

(QS Ali Imran 104)

Allah telah mengambil komitmen bagi siapapun yang telah dikaruniai ilmu untuk menyebarkan kepada yang lain dan tidak menyembunyikannya. Allah ta’ala berfirman,

“Dan (ingatlah),ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu) : Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kau menyembunyikannya,”

(QS. Ali Imran;187)

Dari ayat inilah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan, “Maka sudah menjadi tanggung jawab bagi orang yang telah diberi ilmu syar’i untuk menyampaikan kepada orang lain sesuai tempat dan kondisinya.”

Nabi saw bersabda,

“Sebaik-baik di antara kalian adalah

yang belajar al Qur’an dan mengajarkannya.”

(HR Bukhari)

Ibarat orang yang berdagang, apabila ia membeli barang dagangan untuk kemudian dijual lagi, hendaklah segera menjualnya, atau bisa-bisa dagangannya menjadi rugi. Ibarat air, air yang mengalir itu lebih jernih daripada air yang hanya diam tergenang. Kewajiban tiap manusia adalah mencari ilmu. Dan kewajiban bagi yang berilmu adalah menyampaikannya. Sehingga kelak, ketika jiwa berada di peradilan yang agung, yang tiada dusta ketika itu, tidak akan ada alasan “tidak tahu”. Maka itu, Carilah wahai saudaraku!! InsyaAllah, para pejuang ilmu bertebaran di bumi Allah, dimanapun, di sudut-sudut masjid, di halaqoh-halaqoh kecil, hingga pengajian akbar. Kewajiban yang belum tahu adalah mencari tahu, dan bagi yang sudah tahu adalah memberitahu. Hubungan yang sinkron itu lah yang membawa pada dakwah Islam yang selaras. Tentunya kesemuanya itu berada dibawah kendali Yang Maha Berkehendak. Allah ta’ala berfirman,

“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”

(QS Al An’am; 125)

Da’wah adalah bagian dari Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Merupakan akibat dari enggannya amar ma’ruf nahi munkar adalah datangnya siksaan Allah dan do’a orang tersebut tidak akan dijabahi. Rosulullah saw bersabda,

“Dan Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh engkau perintahkanlah kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar. Atau benar-benar Allah akan mengutus atas kalian siksaan dariNya, kemudian kalian mendo’a padaNya, maka kalian tidak diijabahi.”

(Rowahu At Turmudzi, dia berkata, Hadits Hasan)

Ada perbedaan antara siksaan Allah terhadap ummat-ummat terdahulu dengan ummat sekarang. Ummat Muhammad apabila di adzab, semuanya akan teradzab tanpa pandang bulu mana yang beriman dan mana yang tidak. Indonesia, negara kita yang mayoritas penduduk nya muslim. Alhamdulillah masih banyak penyeru-penyeru kebaikan bertebaran. Teruslah menyeru wahai saudaraku, jangan tunggu adzab datang kepada kita. Sudah cukup tsunami dan gempa sebagai peringatan kedzaliman kita. Jangan sembunyikan apa yang kau ketahui, sampaikanlah ilmumu, saling menasehati, dan ini yang paling penting, mengingatkan pemimpin. Bahkan, mengingatkan pemimpin merupakan Jihad yang paling utama. Rosulullah bersabda,

“paling utamanya jihad adalah kalimat haq pada pemimpin yang menyimpang.”

(Rowahu abu dawud wa turmudzi, hadits hasan)

Selain itu, orang yang mengajak orang lain kepada kebaikan juga mendapat Pahala kebaikan semisal orang yang diajaknya tadi. Dalam hadits rosulullah saw bersabda,

“Barangsiapa yang menunjuki satu kebaikan, maka baginya semisal pahala orang yang mengerjakannya.”

(Rowahul Muslim)

Begitu bahagianya menjadi seorang muslim. Beruntunglah orang-orang yang menunjuki. Bagaimana tidak? Semisal MLM, hanya mengajak tapi keuntungannya terus mengalir keatas. Subhanalloh. Pernahkah saudara menyaksikan perdebatan muallaf Vs Murtadin, ketika Murtadin berkomentar, “jadi orang Islam susah, sedikit-sedikit dosa, sedikit-sedikit neraka, bisa-bisa tidak ada satupun yang bisa masuk surga.” Mungkin begitu kurang lebihnya. Tapi dengan tenang, muallaf rahimakumullah menjawab bahwasanya Allah menyediakan bonus-bonus luar biasa bagi hamba-hambaNya yang senantiasa istiqomah di jalanNya.

Pahala yang ga hanya Paket Dobel namun lipat ganda di bulan ramadhan. Pahala sedekah bagai batang padi, tiap batang ada tujuh bulir, dan tiap bulir memiliki 100 biji. Subhanalloh. Menyingkirkan batu dari jalan manusia, pun bernilai ibadah. Tidur, menutup rumah ketika malam, mematikan lampu, menutup bejana, bekerja mencari ma’isyah, menulis, dan juga menunjuki kebaikan diatas tadi, dan masiiiih banyak lagi jalan-jalan kebaikan dan bonus pahala dalam Islam. Bersyukurlah wahai saudara muslim atas keislamanmu...

Siapa yang harus berdakwah ???

Tidak ada ukuran atau syarat pasti menjadi seorang da’i. Setinggi apakah ilmu yang harus dimiliki seseorang untuk bisa mendakwahkan al islam tidak ada pathokannya. Siapapun yang mendapat ilmu sebanyak apapun sesedikit apapun hendaklah disampaikan kepada yang lain. Namun, tentunya juga harus memperhatikan batasan penyampaian kita. Jangan kelewatan ekstrim menjelaskan sesuatu yang kita tidak tahu. Ini jelas melanggar firman Allah,

“dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.”

(QS Al Isra’; 36)

Jangan terlalu takut untuk menyampaikan ilmu. Yang diperlukan adalah kehati-hatian agar yang kita sampaikan tidak menyesatkan yang lain.

Jadi siapa yang harus berdakwah? Apakah hanya anak rohis?apakah hanya anak SKI / UKMI? Apakah hanya para asatidz? Tidak. Penggembala, petani, pelajar, mahasiswa, pedagang, pekerja kantoran, karyawan pabrik, buruh, dokter, profesor, dosen, guru, nelayan, jaksa, hakim, Siapapun, yang memiliki ilmu hendaklah menyampaikan ke yang lain baik dalam keadaan formal ( pengajian, ceramah, khutbah ) atau keseharian.

Kapan dan Bagaimana cara berdakwah ???

Dakwah itu bisa kapanpun dan dimanapun. Tidak terpaku dalam keadaan formal/kajian. Tidak terpaku harus mengikuti suatu pergerakan. Walau Sejatinya, Misi organisasi Islam, Rohis misalnya, memanglah dakwah islam. Tapi tidak terpaku harus masuk rohis untuk berdakwah. Walau itu salah satu cara berdakwah. Dakwah bisa dimanapun kapanpun. Tiap langkah kita keluar dari pintu rumah adalah berdakwah. Di kampus, di pasar, di pelabuhan, di sawah, di kantor, dimanapun. Tidak harus berdiri di hadapan orang banyak. Tidak harus diatas mimbar. Wherever...whenever...

Apa yang menghalangimu dari berdakwah ???

Bimbang tatkala mengukur tingkat ilmu kita. Apakah sudah layak untuk berdakwah. Atau menunda dakwah dengan alasan ingin menambah ilmu dulu baru nantinya berdakwah? Atau takut memikirkan konsekuensi sebagai pendakwah yang berarti ia harus mengamalkan apa yang ia dakwahkan?

Karena merasa ilmunya belum sempurna, atau kapasitas ilmunya belum mencapai derajat ulama’ lalu takut menyampaikan sedikitpun?

Kalau begitu alasannya, berarti dia tidak menjalankan perintah nabi saw : “ballighu ‘anni walau ayatan..” .

Atau dia memegang dalil Ash Shaf ayat 3, “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.

Padahal ayat itu bukan melarang kita berdakwah, tapi perintah untuk mengamalkan apa-apa yang kita dakwahkan. Jika ayat itu dimaknai sebagai larangan berdakwah selain yang sudah mengamalkannya dan terbebas dari kemaksiatan, tentu tidak ada yang layak berdakwah selain Nabi Saw. Karena tak ada lagi setelah beliau manusia yang ma’shum, terbebas dari dosa.

Hati-hati akan bisikan setan yang menghalangi tiap hamba untuk berdakwah. Menghembuskan pemikiran-pemikiran yang membuatnya ragu melangkah. Karena itulah , Hasan all – Bashri berkata kepada Muttharif, “Nasihatilah sahabat-sahabatmu!” Muttharif menjawab, “Saya takut kalau saya mengatakan apa yang tidak saya perbuat.” Al-Hasan berkata, “Semoga Allah merahmatimu, siapa diantara kita yang sudah melakukan yang ia katakan?Setan sangat ingin menang atas kita dalam urusan semacam ini, lalu tidak seorangpun yang menyeru pada yang ma’ruf dan tidak seorangpun mencegah kemungkaran.”

Ketahuilah!-semoga Allah merahmatimu-bahwasanya wajib bagi kita untuk mengetahui empat perkara: Pertama Ilmu, yaitu mengenal Allah, mengenal Nabi Nya, dan mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya. Yang kedua, mengamalkannya. Yang ketiga, BERDAKWAH DENGANNYA. Dan yang ke empat, Bersabar dalam menghadapi ujian dalam berdakwah.

Wahai saudaraku dimanapun berada, teruskanlah menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar dan bertaqwalah kepada Allah. Pegang teguh misi dakwah wa jihad untuk perjuangan Islam. Hamasah saudaraku!

Wallahu a’lam bish shawab.

Sumber pustaka :

Al Qur’anul karim

Riyadhus Shalihin. Bab 23; Memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Majalah Ar Risalah. Desember 2009. 58-59.

Syarhu Ats-Tsalaatsatil Ushul