Kamis, 25 Februari 2010

welcome to ...

Beginilah jadinya jika seorang anak SMA yang lugu, polos,( hhe ), tak pernah dolan kemana-mana selain bersama wali nya atau teman2 nya, tak tahu dunia luar bagaimana, tiba2 dia harus hidup sendiri di sebuah kota yang cukup besar, tanpa dibekali harus bagaimana ia bertahan. Akhirnya pengalaman mengajarinya sendiri. Malah lebih berkesan pula tak mudah dilupakan.

Hari-hari pertama tiada hambatan, lancar. Solo, masih akrab dengan tanah sukowati, tak jauh beda kebudayaan, bahasa, dan santun bahasanya. Banyak orang – orang baik yang ku kenal disana. Akulturasinya pun tidak begitu kentara berbeda. Baru ketika hari-hari pertama pulang kampung naik bis,,,hmfth,,,masya Allah,menjadi korban atas ekspresi lugu dan tak berpengalaman ini. Kali pertama itu aku bertanya kepada pak kernet, ketika itu beliau menghampiri dan aku pun dengan polosnya bertanya, “berapa pak?” kemudian bapaknya menjawab, “ tujuh ribu mbak”. Ya...dalam hati sih, aku memang ga percaya masa segitunya, akhirnya kujawab, “hah, masa tujuh ribu pak???yyyaa sudahlah”,ehhhh,...dasar aku nya yang ga pinter, udah tahu ada kejanggalan tetep aja nurut biayanya pak kernet, ku kasih 7ribu lah akhirnya. Pikirku, daripada panjang masalahnya. Keesokan harinya, perihal biaya bis itu aku tanyakan ke dek L****** yang udah biasa naik bis solo-sragen tiap harinya (SMA nya di solo, dan belum betah ngekos), “dek, biasana kalo kamu ke solo, bayarnya brapa?”, L****** pun menjawab, “Emmm, 3500 mbak kalo **** atau ****** *******, tapi kalo ***** ******* malah 3000.” Hhe, mendengar jawabannya aku hanya tersenyum, merasa diri begitu bodoh, yah,,,berakhir pada suatu kesimpulan, bahwa Satu pelajaran dari kejadian ini, JANGAN PERNAH BERTANYA BERAPA ONGKOS NYA KE KONDEKTUR. Itu akan menunjukkan kalau si penumpang Belum Pernah naik bis tersebut. Lebih amannya untuk para akhwat, tetap lah usahakan selalu membawa mahram antunna ketika bepergian. Sebisa mungkin. (jangan tiru mbak mu ini, hhe).

Welcome to Solo

Alhamdulillah, solo adalah tempat terbaik untuk tolabul ilmi ( menurut saya sendiri ), walaupun dimana tempat pasti ada dakwah islam disana. Ta’lim yang paliiiiing direkomendasikan kakak yaitu ta’lim tafsir al qur aan di daerah Mangkubumen atau Gumuk. Letaknya lumayan, awalnya sih terasa jauh, tapi lama2 jadi terasa dekat, habis sering wira – wiri juga sih. Kajian itu ada tiap pagi jam setengah 6. Setiap kali pertemuan paling tidak ada 3 atau 4 ayat yang ditafsirkan, tapi penjelasannya subhanalloh, luengkap, dan sarat ilmu. Bagi anda yang tertarik mau ikutan ta’lim bisa tanya langsung ke saya dimanakah Mangkubumen atau Gumuk itu. Hubungi saya di 08191******* ( ga cetho ya, masih ada yang disensor nomornya, hhe, ‘afwan nomor bukan untuk umum). Hubungi saya di....dimana ya?silahkan tinggalkan pesan di shoutmix saja setelah bunyi “Tiiiiiiiiiit”.*hegege*

Pagi itu kami berdua, aku dan shahibiyku Ukhty S**** telah bersiap. Kendaraanku melaju normal, melewati kampus....normal....melewati lampu lalu lintas,,,normal,,,NAHHHH, ketika melintas di depan RS M*******, “gludhag,,,gludhag....”.bunyi kendaraan kami bergoncang. Segera ku hentikan,”Sreeeeeet”, ku lihat kearah Ban, eeeeeeh, ternyata Ban Bocor. Setengah panik, ku tanya ke ibu2 penjual makanan ringan di samping jalan, “Bu nuwun sewu, Tambal Ban terdekat pundhi nggih bu?”,sang Ibu pun memberitahu letak tambal Ban tersebut, berdua menuntun sepeda menuju tempat yang ibu tadi tunjukkan, sampailah di tempat yang dituju. Kami sampaikan keluhan yang kami alami kedapa eh kepada pak dokter ban tersebut, kemudian bapaknya langsung memberikan penanganan pertama. Enggan melewatkan tafsir pagi itu, kami putuskan untuk tetap mengikuti kajian lewat HP. Tanpa ada su udhon, kami menuju tempat yang lebih layak untuk memperdengarkan ta’lim. Letak tempat kami duduk cukup jauh dari letak bapaknya melakukan operasi pembedahan Ban. Kajian belum selesai, Bapaknya berteriak dari kejauhan membawa ban yang sudah robek tak karuan seperti dicakar harimau lapar, sambil berkata “Mba,,,ban nya diganti nggeh!?”. Melihat kondisi ban ku yang sudah tak layak tambal, aku meng iya kan usulah bapak nya untuk membeli ban baru. Ya, ban baru pun di belikannya, dan aku melanjutkan ta’limku dengan shahabatku di tempat kami semula. Ta’lim selesai, operasipun usai. Aku menghampiri bapaknya, mengurus administrasi yang diperlukan. Mengganti Ban seharga 17 ribu dan biaya tambal 3 ribu jadi total 20 ribu. Tidak ada prasangka neko2 saat itu. Langsung kembali ke uns area dengan sepeda normal. Setelah aku pulangkan shahibiyku, aku mlai beraktivitas biasa. Kuliah. Seusai kuliah. Ban sepeda kok terasa aneh,,,,setiba di kos, diperiksa, dan ternyata,,bocor lagi dah. Kog aneh pikirku, ga mungkin bocor lagi, baru tadi pagi dibelikan ban yang baru. Dengan saran dari ibu kos, ku panggil bapak tambal ban panggilan.Kembali aku sampaikan keluhan pada Dokter ban yang kali ini, dan....setelah dibedah dengan pengawasan selama proses pembedahan, ternyata, ban yang konon katanya baru beli NEW tadi, sudah bertambal sekian tambalan. Masya Allah,,,,

Wal hasil, pengalaman ini memberikan pelajaran, kalo nambalin Ban, hendaknya ditunggui di deketnya.

Tidak ada niat menjelekkan seseorang atau sesuatu dalam bacaan ringan ini, tidak ada instansi, atau nama seseorang yang dicantumkan tanpa sensor dalam bacaan ringan ini, ( yang predikatnya kurang enak ), kecuali nama nama yang memang pantas disebutkan. mohon maaf kalau ada yang kesindir, atau inisialnya kesebut , kalau tidak ridho segera hubungi ana dan ana mohon maaf. Semata2 hanya menyampaikan ilmu, dan berbagi pengalaman, agar tidak terjadi lagi kepada saudara2, adik2, yang sebentar lagi melanjutkan sekolah ke Univ atau sejenisnya, atau bekerja dimanapun berada, hendaknya waspada dan berhati2.

Ilmu yang paling berharga dari berbagai pengalaman pahit, manis ini, sebenarnya, adalah, semakin membuat sadar diri, bahwa diri ini masih sangat perlu belajar dan belajar. Semakin kita tahu akan sesuatu, semakin kita tahu bahwa banyak sesuatu yang tidak kita tahu.

-Tawakkal itu disertai ikhtiyar-

0 komentar:

Posting Komentar