Selasa, 27 Juli 2010

Dakwah Kita

Adalah misi internasional ummat Islam. Adalah misi Universal ummat Islam. Misi istimewa bagi tiap insan yang mengaku dirinya seorang muslim. “Balighu 'anniy walau ayatan”, itulah yang diperintahkan Rosul junjungan kita Muhammad Shollallahu alaihi wa salam.

Ialah “Dakwah”...

Kenapa harus berdakwah ???

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.”

(QS Ali Imran 104)

Allah telah mengambil komitmen bagi siapapun yang telah dikaruniai ilmu untuk menyebarkan kepada yang lain dan tidak menyembunyikannya. Allah ta’ala berfirman,

“Dan (ingatlah),ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu) : Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kau menyembunyikannya,”

(QS. Ali Imran;187)

Dari ayat inilah, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan, “Maka sudah menjadi tanggung jawab bagi orang yang telah diberi ilmu syar’i untuk menyampaikan kepada orang lain sesuai tempat dan kondisinya.”

Nabi saw bersabda,

“Sebaik-baik di antara kalian adalah

yang belajar al Qur’an dan mengajarkannya.”

(HR Bukhari)

Ibarat orang yang berdagang, apabila ia membeli barang dagangan untuk kemudian dijual lagi, hendaklah segera menjualnya, atau bisa-bisa dagangannya menjadi rugi. Ibarat air, air yang mengalir itu lebih jernih daripada air yang hanya diam tergenang. Kewajiban tiap manusia adalah mencari ilmu. Dan kewajiban bagi yang berilmu adalah menyampaikannya. Sehingga kelak, ketika jiwa berada di peradilan yang agung, yang tiada dusta ketika itu, tidak akan ada alasan “tidak tahu”. Maka itu, Carilah wahai saudaraku!! InsyaAllah, para pejuang ilmu bertebaran di bumi Allah, dimanapun, di sudut-sudut masjid, di halaqoh-halaqoh kecil, hingga pengajian akbar. Kewajiban yang belum tahu adalah mencari tahu, dan bagi yang sudah tahu adalah memberitahu. Hubungan yang sinkron itu lah yang membawa pada dakwah Islam yang selaras. Tentunya kesemuanya itu berada dibawah kendali Yang Maha Berkehendak. Allah ta’ala berfirman,

“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”

(QS Al An’am; 125)

Da’wah adalah bagian dari Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Merupakan akibat dari enggannya amar ma’ruf nahi munkar adalah datangnya siksaan Allah dan do’a orang tersebut tidak akan dijabahi. Rosulullah saw bersabda,

“Dan Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh engkau perintahkanlah kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang munkar. Atau benar-benar Allah akan mengutus atas kalian siksaan dariNya, kemudian kalian mendo’a padaNya, maka kalian tidak diijabahi.”

(Rowahu At Turmudzi, dia berkata, Hadits Hasan)

Ada perbedaan antara siksaan Allah terhadap ummat-ummat terdahulu dengan ummat sekarang. Ummat Muhammad apabila di adzab, semuanya akan teradzab tanpa pandang bulu mana yang beriman dan mana yang tidak. Indonesia, negara kita yang mayoritas penduduk nya muslim. Alhamdulillah masih banyak penyeru-penyeru kebaikan bertebaran. Teruslah menyeru wahai saudaraku, jangan tunggu adzab datang kepada kita. Sudah cukup tsunami dan gempa sebagai peringatan kedzaliman kita. Jangan sembunyikan apa yang kau ketahui, sampaikanlah ilmumu, saling menasehati, dan ini yang paling penting, mengingatkan pemimpin. Bahkan, mengingatkan pemimpin merupakan Jihad yang paling utama. Rosulullah bersabda,

“paling utamanya jihad adalah kalimat haq pada pemimpin yang menyimpang.”

(Rowahu abu dawud wa turmudzi, hadits hasan)

Selain itu, orang yang mengajak orang lain kepada kebaikan juga mendapat Pahala kebaikan semisal orang yang diajaknya tadi. Dalam hadits rosulullah saw bersabda,

“Barangsiapa yang menunjuki satu kebaikan, maka baginya semisal pahala orang yang mengerjakannya.”

(Rowahul Muslim)

Begitu bahagianya menjadi seorang muslim. Beruntunglah orang-orang yang menunjuki. Bagaimana tidak? Semisal MLM, hanya mengajak tapi keuntungannya terus mengalir keatas. Subhanalloh. Pernahkah saudara menyaksikan perdebatan muallaf Vs Murtadin, ketika Murtadin berkomentar, “jadi orang Islam susah, sedikit-sedikit dosa, sedikit-sedikit neraka, bisa-bisa tidak ada satupun yang bisa masuk surga.” Mungkin begitu kurang lebihnya. Tapi dengan tenang, muallaf rahimakumullah menjawab bahwasanya Allah menyediakan bonus-bonus luar biasa bagi hamba-hambaNya yang senantiasa istiqomah di jalanNya.

Pahala yang ga hanya Paket Dobel namun lipat ganda di bulan ramadhan. Pahala sedekah bagai batang padi, tiap batang ada tujuh bulir, dan tiap bulir memiliki 100 biji. Subhanalloh. Menyingkirkan batu dari jalan manusia, pun bernilai ibadah. Tidur, menutup rumah ketika malam, mematikan lampu, menutup bejana, bekerja mencari ma’isyah, menulis, dan juga menunjuki kebaikan diatas tadi, dan masiiiih banyak lagi jalan-jalan kebaikan dan bonus pahala dalam Islam. Bersyukurlah wahai saudara muslim atas keislamanmu...

Siapa yang harus berdakwah ???

Tidak ada ukuran atau syarat pasti menjadi seorang da’i. Setinggi apakah ilmu yang harus dimiliki seseorang untuk bisa mendakwahkan al islam tidak ada pathokannya. Siapapun yang mendapat ilmu sebanyak apapun sesedikit apapun hendaklah disampaikan kepada yang lain. Namun, tentunya juga harus memperhatikan batasan penyampaian kita. Jangan kelewatan ekstrim menjelaskan sesuatu yang kita tidak tahu. Ini jelas melanggar firman Allah,

“dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.”

(QS Al Isra’; 36)

Jangan terlalu takut untuk menyampaikan ilmu. Yang diperlukan adalah kehati-hatian agar yang kita sampaikan tidak menyesatkan yang lain.

Jadi siapa yang harus berdakwah? Apakah hanya anak rohis?apakah hanya anak SKI / UKMI? Apakah hanya para asatidz? Tidak. Penggembala, petani, pelajar, mahasiswa, pedagang, pekerja kantoran, karyawan pabrik, buruh, dokter, profesor, dosen, guru, nelayan, jaksa, hakim, Siapapun, yang memiliki ilmu hendaklah menyampaikan ke yang lain baik dalam keadaan formal ( pengajian, ceramah, khutbah ) atau keseharian.

Kapan dan Bagaimana cara berdakwah ???

Dakwah itu bisa kapanpun dan dimanapun. Tidak terpaku dalam keadaan formal/kajian. Tidak terpaku harus mengikuti suatu pergerakan. Walau Sejatinya, Misi organisasi Islam, Rohis misalnya, memanglah dakwah islam. Tapi tidak terpaku harus masuk rohis untuk berdakwah. Walau itu salah satu cara berdakwah. Dakwah bisa dimanapun kapanpun. Tiap langkah kita keluar dari pintu rumah adalah berdakwah. Di kampus, di pasar, di pelabuhan, di sawah, di kantor, dimanapun. Tidak harus berdiri di hadapan orang banyak. Tidak harus diatas mimbar. Wherever...whenever...

Apa yang menghalangimu dari berdakwah ???

Bimbang tatkala mengukur tingkat ilmu kita. Apakah sudah layak untuk berdakwah. Atau menunda dakwah dengan alasan ingin menambah ilmu dulu baru nantinya berdakwah? Atau takut memikirkan konsekuensi sebagai pendakwah yang berarti ia harus mengamalkan apa yang ia dakwahkan?

Karena merasa ilmunya belum sempurna, atau kapasitas ilmunya belum mencapai derajat ulama’ lalu takut menyampaikan sedikitpun?

Kalau begitu alasannya, berarti dia tidak menjalankan perintah nabi saw : “ballighu ‘anni walau ayatan..” .

Atau dia memegang dalil Ash Shaf ayat 3, “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”.

Padahal ayat itu bukan melarang kita berdakwah, tapi perintah untuk mengamalkan apa-apa yang kita dakwahkan. Jika ayat itu dimaknai sebagai larangan berdakwah selain yang sudah mengamalkannya dan terbebas dari kemaksiatan, tentu tidak ada yang layak berdakwah selain Nabi Saw. Karena tak ada lagi setelah beliau manusia yang ma’shum, terbebas dari dosa.

Hati-hati akan bisikan setan yang menghalangi tiap hamba untuk berdakwah. Menghembuskan pemikiran-pemikiran yang membuatnya ragu melangkah. Karena itulah , Hasan all – Bashri berkata kepada Muttharif, “Nasihatilah sahabat-sahabatmu!” Muttharif menjawab, “Saya takut kalau saya mengatakan apa yang tidak saya perbuat.” Al-Hasan berkata, “Semoga Allah merahmatimu, siapa diantara kita yang sudah melakukan yang ia katakan?Setan sangat ingin menang atas kita dalam urusan semacam ini, lalu tidak seorangpun yang menyeru pada yang ma’ruf dan tidak seorangpun mencegah kemungkaran.”

Ketahuilah!-semoga Allah merahmatimu-bahwasanya wajib bagi kita untuk mengetahui empat perkara: Pertama Ilmu, yaitu mengenal Allah, mengenal Nabi Nya, dan mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya. Yang kedua, mengamalkannya. Yang ketiga, BERDAKWAH DENGANNYA. Dan yang ke empat, Bersabar dalam menghadapi ujian dalam berdakwah.

Wahai saudaraku dimanapun berada, teruskanlah menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar dan bertaqwalah kepada Allah. Pegang teguh misi dakwah wa jihad untuk perjuangan Islam. Hamasah saudaraku!

Wallahu a’lam bish shawab.

Sumber pustaka :

Al Qur’anul karim

Riyadhus Shalihin. Bab 23; Memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.

Majalah Ar Risalah. Desember 2009. 58-59.

Syarhu Ats-Tsalaatsatil Ushul

0 komentar:

Posting Komentar